deskripsi gambar

MENUMBUHKAN KARAKTER KEASWAJAAN SEJAK DINI YANG BERWAWASAN KE INDONESIAAN




      Assalamualaiku wr.wb. pembaca yang Budiman mari kita luangkan sedikit waktu kita untuk berfikir sejenak mengenai problematika krusial yang menentukan mati/berjalannya suatu organisasi bahkan negara ini kedepan. Pertama, saya ingin mengajak anda untuk sedikit merenungi generasi kita yang akan membawa kebudayaan islam nusantara dan kebudayaan bangsa ini mau di kemanakan. 

Kemudian terlebih dahulu mari kita analisa bersama mengenai fenomena krisis moral dan sosial yang sangat memprihatinkan di era milineal ini. Tidak sedikit anak-anak di bumi pertiwi ini sudah terseret arus globalisasi yang berdampak buruk terhadap moral dan sosial mereka.  kebanyakan dari mereka hanya menghabiskan waktu dengan bermain gadged dan game online. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh PBB, UNICEF, kementrian komunikasi dan universitas harvard, AS. Terhadap 400 responden dari seluruh remaja di Indonesia yang hasilnya adalah 79,5% pengguna internet, dan hanya 20% saja remaja Indonesia yang tidak tau internet. Dengan demikian tak dapat di pungkiri sebagian besar remaja di Indonesia telah masuk ke ranah tekhnologi. 

Yang di khawatirkan adalah anak menjadi pasif  diluar rumah dan dapat perlahan mematikan sosialisasi nyata terhadap kawan sebayanya. Belum lagi tak terbatasnya jaringan informasi dan komunikasi, moral dan kebudayaan yang sudah di tata tapi oleh leluhur bangsa inipun tercacati dengan moral dan etika barat yang  sangat tidak tepat bila di terapkan di Indonesia. Sebenarnya, umat islam Indonesia telah mmiliki karakter lokal sendiri yang tak perlu di ragukan lagi keoutentikanya yaitu karakter islam nusantara ala ahlussunnah waljamaah yang bahkan telah ada jauh sebelum negara tercinta ini lahir yaitu sejak zaman walisongo.                    

 Belum lepas dari tekhnologi informasi dan komunikasi peran tengik radikalisme bermain di sini. Pendoktrinan radikalisme sangat gencar di lakukan di media sosial yang menjalar perlahan berkedokkan arabian. Hal ini sangat berbahaya mengingat sebagian besar pengguna medsos adalah usia muda yang masih labil, mudah terpengaruh, dan masih suka ikut-ikutan. Maka tidak heran lembaga keamanan siber mengajak masyarakat untuk melawan terorisme danradikalisme di medsos, apalagi telah diperkirakan sebanyak 143 orang terancam virus radikalisme. 
Maka disini adalah tugas kita untuk tetap menjaga generasi kita dari gempuran doktrinisasi radikal dalam bentuk apapun. Mengenai tekhnologi informasi dan komunikasi, seharusnya kita dapt bijak dalam penggunaanya. Infiltrasi harus kita edukasikan kepada seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali untuk mereka yang akan mengarungi ganasnya persaingan dan peperangan ideologi di masa yang akan datang. Maka sebagai persiapan perihal tersebut hendaknya penumbuhan karakter keaswajaan harus dilakukan sejak dini.

 Adalah PR. IPNU dan IPPNU Tangkil Kulon yang alhamdulillah pada 16 Romadhon kemarin telah melaksanakan kegiatan pengkaderan usia dini yaitu binaan sehari atau sering di singkat dengan BINARI pengkaderan ini di maksudkan sebagai usaha pembentukan mikro sel an-nahdiyyin dengan nuansa ke indonesiaan karena juga bertepatan dengan hari lahir pancasila. Harapannya tidak lain dan tidak bukan agar ada suatuجيل بعر جيل  yang akan meneruskan perjuangan kami. Fikir kami apakah kami akan tetap berusia 19 tahun, apakah kami akan tetap muda, apakah kami tidak akan tua, bahkan apakah kami tidak akan mati? Mari berfikir bersama, apakah kita akan seperti elang Jawa yang sebentar lagi akan punah, lihatlah pohon pisang yang sebelum tua sudah harus memiliki 4 tunas yang akan tumbuh dan menumbuhkan tunas-tunas selanjutnya. 

Kemudian ketika kita sudah bisa menumbuhkan generasi NU, bagaimana dengan generasi bangsa? Inilah yang kami sebut dengan sambil menyelam minum air, toh dari dulu NU adalah organisasi paling depan dalam hal Bela Negara, kesatuan dan persatuan. 

Bukti konkritnya adalah revolusi jihadnya Hadrotusyeih mbah Hasyim Asy'ari sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda, kemudian peran para ulama termasuk KH. Wakhid hasyim yang juga tetlibat dalam persiapan kemerdekaan Indonesia pun tak dapat di lupakan begitu saja. Sekarang keputusan ada di tangan anda, apakah ketika anda meninggal masih ingin di bacakan tahlil atau ketika anda meninggal kuburan anda akan di bom oleh generasi anda sendiri dengan alasan kesyirikan. 
Naudzubillahimin dzalik. 

Trimakasih,wassalamualaikum

Ari - Tangkil Kulon
Redaktur Gennuin Online
Previous
Next Post »